Kisah Begawan Dorna
Semasa
mudanya, Begawan Dorna bernama Kumbayana, berasal dari Negeri Atasangin.
Kala itu, dia mempunyai sahabat, yang kemudian menjadi raja di negeri
yang terpisahkan laut dengan Atasangin. Ketika Kumbayana bermaksud
menyusul sahabatnya itu, dia terhenti di pinggir laut, dan keluarlah
sumpahnya yaitu barangsiapa yang bisa membantunya menyeberang, bila pria
diangkat saudara, bila wanita dijadikan isterinya. Datanglah seekor
kuda Sembrani, yang sesungguhnya jelmaan bidadari bernama Dewi Wilutama,
membantunya menyeberang, dengan cara terbang melintasi lautan. Setelah
sampai di seberang, lahirlah bayi yang diberi nama Aswatama, dan
Wilutama kembali ke kahyangan.
Tinggallah Kumbayana yang harus merawat
anaknya, meneruskan mencari sahabatnya yang telah menjadi raja. Sampai
di istana, Kumbayana tidak mengindahkan tatakrama, ingin segera menemui
sahabatnya.
Akibatnya, patih negeri itu, yang bernama
Gandamana, sangat marah, dan menghajar Kumbayana hingga fisiknya cacat,
dan diusir pergi. Terlunta-lunta sambil membesarkan anaknya, Kumbayana
melatih ilmu kanuragan, kemudian bergelar Pendita Durna atau Begawan
Durna. Berkat ketekunannya, Begawan Durna mumpuni dalam ilmu kanuragan.
Dalam pengembaraannya, suatu hari Durna bertemu anak-anak keluarga
Hastina yang masih remaja, yaitu Kurawa dan Pendawa, yang sedang bermain
dan kehilangan bola mereka, yang jatuh ke dalam sumur mati. Mereka
tidak bisa mengambilnya. Begawan Durna menunjukkan kemahirannya,
mengambil bola itu dengan menggunakan ujung rumput yang dilempar
berturut-turut menancap pada bola, sambung menyambung
menjadi tali. Berkat kesaktiannya, Durna diangkat menjadi guru yang mengajar Pendawa dan Kurawa, dan selanjutnya menetap di Hastina. Aswatama juga ikut bermukim di Hastina.
menjadi tali. Berkat kesaktiannya, Durna diangkat menjadi guru yang mengajar Pendawa dan Kurawa, dan selanjutnya menetap di Hastina. Aswatama juga ikut bermukim di Hastina.
Dalam Perang Bharatayudha, Durna membela Kurawa, dan gugur di tangan Drestajumena.
Begawan Durna dalam versi Jawa adalah
tokoh jahat, yang banyak mempengaruhi perbuatan jahat Duryudana. Bahkan
bersedia menjerumuskan muridnya sendiri, Bima, dalam kisah Dewa Ruci.
Tapi dalam versi Mahabharata India, tokoh jahatnya adalah Sengkuni,
paman Duryudana.
Satu hal yang menarik, nama Durna
ternyata dikenal juga di luar Indonesia dan India, yaitu dalam
novel-novel cerita silat Tiongkok. Menteri jahat pada cerita-cerita
silat itu, sering disebut sebagai “menteri dorna”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar